Kategori-Kategori

Monday 29 August 2016

Edit

Sebutir Makna

Oleh: Tirta Pawitra

[22/8 19.49]
# Memangkas Sabda
Aku gelandangan diatas kertas putih
Merajai lekuk-lekuk garis berirama
Menggores sketsa wajah
Aku yang tak cukup mahir
Mengikuti garis-garis
Sering meloberkan tinta

[22/8 19.51] 
# Biarkan yang Tak Ada
tak ada waktu tuk bertemu.
tak ada ruang tuk bertandang.
tak ada kata yang tertata.
biarkan rindu yang berkata.
biarkan doa yang menyapa.
biarkan harap yang terucap.

[22/8 19.55]
# Satu Bayang-Bayang
Tanpa bayang yang pasti kau tak kan pernah pasti.
Bayanganmu berdiri kau malah berdiri.
Kau tak mengenal bayangan mu tertinggal.

[22/8 19.58]
# Angan yang Mengenang
aku masih rindu dengan deretan tebu yang menyapa kegelapan fajar....
aku masih rindu dg makam yang berjajar penuh kerahmatan..
aku masih rindu dg gedung suci yang menebar peradaban....
aku masih rindu dg mahluk Tuhan yang menemani kami dalam petualangan....
aku masih rindu semua tentang kisah dalam nadiku

[22/8 20.02]
# Saat Semarang dalam Perantauanku
Senja, kutuliskan lagi lewat puisi sorotan kota Lama.
Semoga, Engkau meninggalkanku hanya ilusi,
Menjauh hanya khayal.
Dan kepergianmu hanya fatamorgana.

[22/8 20.04]
# Masih Mencangkul Dosa
kebodohanku yang tak dapat membaca catatan suciMu
menjadikan prasangka dan dusta dalam biara
ketidaktahuanku tentang takdir
hanya membaca ramalan dan hipotesa
bahkan wejangan yang Kau berikan belum sampai ku mengerti
apa dibalik hidup dan mati

[22/8 20.04]
# Di Ujung Penantian
rayuan gombal yang meretakkan udara
sepi menjadi gaduh
sunyi pun ripuh
aku hanya menggeleng kepala
mengelus dada
kutunggu kau diujung drama
diantara mahkota dan cahaya

[22/8 20.05]
# Membiarkan Naluri Bergema
Jika kau berjalan di atas langit
jangan tanya apa apa
Karena sayapmu akan hangus terbakar.
Jika kau berjalan di atas bumi
Tanyakanlah segala galanya
Jika tidak, engkau akan binasa..

[22/8 22.27]
# Sebutir Makna
Awalnya hanya secangkir kopi
hitamnya dan pahit tak terpisahkan
Aroma dan imajinasi menganak tangga
Memetik inspirasi
Mengukuhkan ideologi.
Rasaku membelai derita,
Pekaku menganalisa..
Air Biru, 2016

Sunday 21 August 2016

Edit

Sampaikan Anganku

Oleh: Camar Sengkala

Untuk gadis dalam ingatanku
Untukmu angin yang menguapkan senyumku
Untukmu debu yang setia menyimpan cintaku
Rahasiakanlah keberadaanku

Untukmu papan tua dibawah kamboja
Tanah menggunung berbaris dipekarangan wakaf
Begitu rapi meski tanpa komandan
Angin yang tertawa membawa kenangan
Lalu dihempaskannya ke ladang mahsyar
Hingga datang burung camar
Di patuknya satu kenangan
Kemudian diselipkan diantara sayapnya
Dan pergi entah berapa lama
Sampai malaikat menyapanya

Ingatlah,
Takdir Tuhan selalu benar
Wujudmu telah menyatu dalam kepastian itu
Dimana debu mengerubungimu
Bahkan tulangmu tak lagi berharga

Dimana nanti datang kepastian
Cabutlah sejengkal kelalaianmu
Sebelum papan tua mencatat namamu
Dan merapat bersama barisan kematian

Air Biru, 21 Agustus 2016



Wednesday 10 August 2016

Edit

Cinta & Takdir

Oleh: Tirta Pawitra

Edit

Benih

Oleh: Madno Wanakuncoro
genggam hanya sejenak
satu butir kerinduan ini
tak perlu kau tanam di hati
cukup pejamkan mata
untuk lalu buanglah
ke mana pun maumu

aku tak berharap kau sedia menanamnya
diamkan ia menggeliat
di bumi cinta ini
agar mampu membenihkan
jutaan kerinduan lain

lantas berkecambah
bercumbu dengan matahari
leluasa menghijaukan sanubari
yang setiap pagi
tersiram embun suci

Air-Biru, 2016


Sumber Tulisan: http://basabasi.co/puisi-puisi-madno-wanakuncoro-mojokerto-perempuan-yang-berdoa/

Sumber gambar: teratakcintakasmaran2.blogspot.com

Edit

ijinkan aku!!

Oleh: Askardi Ashirov

Edit

kata itu.....

Oleh: Madno Wanakuncoro

Edit

Mengartikan Rindu

Oleh: Camar Sengkala

Edit

Semua Tentang Jarak

Oleh: Askardi Ashirov

Edit

Mengejar Rindu

Oleh: Tirta Pawitra

Friday 5 August 2016

Edit

Hanya Siapa?

Oleh: Camar Sengkala
Aku bercanda pada rembulan
ditepi kesepian malam
diantara jutaan bintang

aku bertanya pada samudra
yang pasang dikala malam
tentang kebimbangan
"siapa yang kau rindukan?"

kau tahu sepinya malam
selalu rindukan cahaya rembulan
sebab itu,
aku bertanya kembali
"apalah arti hadir bagi engkau?

untukmu gadis yang berwajah rembulan
kuhadirkan aku dan puisiku
hanya siapa diantara mereka
yang kau rindu
hanya siapa yang kau tunggu
aku?
atau hanya puisiku?