Untuk gadis dalam ingatanku
Untukmu angin yang menguapkan senyumku
Untukmu debu yang setia menyimpan cintaku
Rahasiakanlah keberadaanku
Untukmu papan tua dibawah kamboja
Tanah menggunung berbaris dipekarangan wakaf
Begitu rapi meski tanpa komandan
Angin yang tertawa membawa kenangan
Lalu dihempaskannya ke ladang mahsyar
Hingga datang burung camar
Di patuknya satu kenangan
Kemudian diselipkan diantara sayapnya
Dan pergi entah berapa lama
Sampai malaikat menyapanya
Ingatlah,
Takdir Tuhan selalu benar
Wujudmu telah menyatu dalam kepastian itu
Dimana debu mengerubungimu
Bahkan tulangmu tak lagi berharga
Dimana nanti datang kepastian
Cabutlah sejengkal kelalaianmu
Sebelum papan tua mencatat namamu
Dan merapat bersama barisan kematian
Air Biru, 21 Agustus
2016
Sumber Gambar: freedomthink.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment